Sep 18, 2008

Nuansa Ramadhan : Tafsir Al Mishbah 18 September 2008

Hari ini tafsir Al Mishbah melanjutkan pembahasannya dalam Surat An Nisa. Dan dalam episode ini banyak membahas tentang ucapan salam. Mengapa dengan Assalamualaikum? Karena salam ini tidak terikat waktu dan tempat. Jika kita mengucapkan selamat pagi, maka kita hanya akan didoakan selamat di pagi hari saja. Begitu logikanya. Sedangkan jika kita mengucapkan Assalamualaikum, maka itu merupakan doa keselamatan untuk kita kapan saja dan dimana saja sampai akhir nanti.

Dalam episode ini Pak Quraish Shihab juga menjelaskan dari sebuah pertanyaan tentang bagaimana menjawab salam dari seorang non muslim? Diceritakanlah riwayat pada masa dimulainya Rasulullah mengucapkan assalamualaikum, pada masa itu musuh-musuh Islam memberikan salam seperti Assamuailaikum (semoga kematian datang padamu). Karena itulah Rasulullah tidak membolehkan menjawab salam tersebut, atau dijawab dengan "Alaikum" (kepadamu juga). Tapi saat itu adalah dalam konteks bermusuhan, sedangkan dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa setiap penghormatan yang diberikan kepada kita wajib kita balas. Karena itulah bila ada non-muslim yang tidak memerangi dan memusuhi kita mengucapkan salam, maka wajiblah kiranya kita menjawab salam tersebut, karena sesungguhnya Allah meperhitungkan segala sesuatu (An Nisa : 86)

Dalam sebuah pertanyaan dari penonton, yang menanyakan wajibkan kita menjawab salam dari seseorang di televisi? Pak Quraish Shihab menjelaskan bahwa pada dasarnya salam itu harus diucapkan jelas dan terdengar oleh yang mendengarnya, supaya yang memberikan salam juga mendengar apa yang dijawabkan dari orang yang membalas salamnya. Jadi pada dasarnya membalas salam orang di televisi tidaklah wajib, tapi dianjurkan. Dianjurkan dengan asumsi bahwa kita didoakan oleh pemberi salam di televisi, dan kita boleh membalas salam tersebut.

Dan diakhir tausyiah kali ini, Pak Quraish Shihab memberikan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Agama kita menganjurkan kita unutk menyambut setiap uluran tangan, penyambutan dengan cara yang sebaik-baiknya, sekalipun dia non-muslim.

Disini digambarkan dengan bagaimana cara kita menjawab salam. Dalam suatu riwayat, dalam sebuah majelis, datanglah seorang sahabat dan mengucapkan salam "Assalamualaikum" (semoga keselamatan datang padamu). Dan Rasulullah menjawab "Waalaikumsalam wa Rahmatullah" (semoga keselamatan dan rahmat datang kepadamu). Tak lama kemudian datanglah seorang sahabat dan mengucapkan salam "Assalamualaikum wa rahmatullah", dan Rasulullah pun menjawab salam tersebut dengan "Waalaikumsalam wa rahmatullahi wabarakatuh" (semoga keselamatan, rahmat dan berkah tercurah kepadamu). Kemudian datanglah seorang sahabat lagi dan mengucapkan salam "Assalamualaikum Warahmatullahi wa Barakatuh" , dan Rasulullah kemudian menjawab salam tersebut dengan "Waalaikumsalam wa rahmatullahi wabarakatuh" . Sahabat pun kemudian bertanya, mengapa Rasulullah tidak menambahkan doa dari salam tersebut? Rasulullah pun menjawab, karena tidak ada lagi yang lebih besar lingkupnya selain "Waalaikumsalam wa rahmatullahi wabarakatuh" . Hal ini juga berlaku dengan doa seperti "Rabbana aatina fidduniya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, waqina azaabannar". Doa seperti ini sudah melingkupi segala hal di dunia dan akhirat.

2. Kita harus yakin sepenuhnya bahwa tidak ada yang lebih benar ucapannya melebihi ucapan Allah. Karena itulah apa  yang ada di Al Qur'an itu merupakan kebenaran yang absolut, bukan kebenaran relatif yang berasal dari manusia.

3. Orang2 munafik itu hendaknya dihindari, jangan banyak bergaul dengan mereka karena dapat mempengaruhi anda. Yakinlah karena kemunafikan yang mereka lakukan adalah bagian dari ketidakmauan mereka untuk mendengar dan menyerapi agama.

Demikianlah kesimpulan untuk tafsir Al Mishbah hari ini. Semoga kita mendapatkan manfaat daripadanya. Amin :)

No comments: