Jul 12, 2017

PEMBELAJARAN TENTANG BIAYA LISTRIK NON SUBSIDI

PEMBELAJARAN TENTANG BIAYA LISTRIK NON SUBSIDI
------------------------------------------------------------------------

Kemarin istri saya beli token PLN, sebanyak Rp.500.000 (untuk kebutuhan sekitar 2-3 bulan). Setelah diisi ternyata dapat tambahan daya sebanyak 310 kWh. Karena penasaran saya itung-itung. Istri saya membayar Rp.503.500 dengan rincian Rp.500.000 utk biaya token dan Rp.3.500 untuk biaya administrasi pembelian dari internet banking Bank Mandiri. Kemudian saya bagi biaya Rp.503.500 dengan 337,3 kWh, dan didapatlah hasil Rp.1.492.73/kWh.

Loh kok lebih besar dari tarif PLN untuk R1-900 RTM sebesar Rp.1.352/kWh? Akhirnya saya pun mencari tahu. Ternyata ada biaya lain yang mungkin banyak dari kita tidak mengetahuinya, walau sebenarnya sudah cukup rinci dijelaskan pada website listrik.org. Biaya tersebut antara lain adalah :
1. Biaya administrasi. Besarnya berbeda-beda di setiap tempat kita membeli token PLN.
2. Biaya pajak penerangan jalan (PPJ). Besarnya berbeda-beda di setiap wilayah di Indonesia.
3. Biaya meterai. Transaksi sebesar Rp.250.000 sampai Rp.1.000.000 maka biaya meterai sebesar Rp.3.000. Transaksi Rp.1.000.0000  ke atas maka biaya meterai sebesar Rp.6.000.
4. Biaya tarif kWh. Besarnya berbeda-beda untuk setiap golongan konsumen.

Untuk biaya administrasi, memang berbeda-beda di tempat kita membeli token PLN. Misalkan kalau kita membeli di indomaret maka akan kena biaya administrasi sebesar Rp.2.000. Sedangkan untuk pembelian dari Internet Banking biasanya sekitar Rp.3.000 - Rp.3.500.

Kemudian biaya Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk kota Pontianak adalah sebesar 9% jika dilihat dari website listrik.org, tapi kalau saya hitung-hitung kayaknya hanya sekitar 8,25%. Sehingga dari token sebesar Rp.500.000 dan dikurangi biaya materai dikenakan PPJ sebesar Rp.41.003.

Lalu untuk biaya meterai muncul apabila kita membeli token di bawah Rp.250.000 maka tidak dikenakan biaya meterai, jika pembelian token di atas Rp.250.000 - Rp.1.000.000 maka akan dikenakan biaya meterai Rp.3.000. Sedangkan jika di atas Rp.1.000.0000 akan dikenakan biaya meterai Rp.6.000.

Untuk biaya tarif kWH tergantung pada golongan konsumen. Misalkan R1-900 RTM dikenakan biaya Rp.1.352/kWh.

Setelah itu saya hitung lagi.

Pembelian token Rp.500.000 akan dikurangi dulu dengan biaya materai sebesar Rp.3.000, lalu PPJ sebesar 8,25% atau Rp.41.003. Sehingga menyisakan Rp.455.998. Kemudian Rp.455.998 ini dibagi dengan Rp.1.352/kWh sehingga didapatlah 337,3 kWh. Setelah itu ada biaya administrasi bank Rp.3.500. Sehingga totalnya adalah Rp.503.500.

Oooo begitu rupanya...

Ngomong-ngomong, PPJ untuk kota Pontianak termasuk besar, yang paling kecil di Jakarta, Bogor, Depok, Serang sebesar 3%. Kok bisa ya? Padahal kalau dari citra satelit kota Jakarta adalah yang paling terang di Jawa. Pontianak? You know lah. Walaupun demikian, PPJ kota Pontianak termasuk rendah jika dibandingkan kota-kota lain di Kalimantan seperti Palangkaraya dan Samarinda, tapi masih di atas Banjarmasin sebesar 8%.

Kemudian soal materai nih. Walaupun untuk pembelian token di bawah Rp.250.000 tidak dikenakan biaya materai, tapi pada pembelian token Rp.500.000 dikenakan biaya Rp.3.000. Padahal saya gak pernah tuh dilihatkan materai yang tertempel di pembayaran tagihan saya :D Hehehehehe....

Saran saya untuk teman-teman pengguna listrik pra-bayar non subsidi, usahakan untuk membeli token disesuaikan dengan penggunaan listrik per bulan. Misalkan setelah dihitung-hitung penggunaan listrik per bulan adalah 120 kWh, maka sebaiknya kita membeli token Rp.200.000 karena akan dapat sekitar 135 kWh. Jangan membeli dengan nominal lebih kecil seperti Rp.50.000 tapi beli 4 kali selama sebulan. Kenapa? Karena rugi di biaya adminstrasi :D Kemudian kalau mampu membeli lebih dari kebutuhan selama 1 bulan lebih disarankan karena biaya per kWh nya menjadi lebih kecil, walau tidak signifikan. Selain itu jika akan ada kenaikan tarif lagi, beli lah sebelum tarif naik :D

Demikianlah tulisan saya ini saya buat untuk kepentingan saya pribadi dan mungkin kepentingan teman-teman yang sering dibilang "mampu beli smart phone tapi ngeluh listrik naik" :v

Wassalam