Ini adalah tulisan saya yang saya post www.kalbar.go.id pada tanggal 29 maret 2006, saat2 genting dimana "rumah saya" alias asrama mahasiswa kalimantan barat di bandung akan di ruislag. Sekarang siy statusnya dah jadi rumah hantu. Hiks...rumahku sekarang jadi rumah hantu T_T
Saya alumni asrama Kalbar di Bandung, tepatnya asrama mahasiswa Rahadi Osman I tahun 1998-2003 yang pada saat itu masih berada di Jl.Soka No.8 Bandung.
Saya sangat prihatin dengan kasus ruislag asrama soka dengan rumah salah satu mantan pejabat di kalbar dengan hasil yang status nya tidak jelas. Alasan utama yang menjadi isu pada saat ruislag adalah asrama yang ada saat itu tidak lah kondusif untuk dijadikan tempat tinggal. Sekarang masalah nya ukuran kondusif itu dimana? Mari kita lihat!
1. Jarak dari asrama ke kampus Pada saat itu mahasiswa yang tinggal di asrama (termasuk saya) berkuliah di kampus-kampus seperti UNPAD,POLBAN,ITENAS,UNISBA,STBA,UNPAS (kampus lama),IAIN,IKOPIN,STIE YPKP dan beberapa kampus lain yang letaknya berdekatan seperti ITB. Jarak dari asrama ke kampus rata-rata sekitar 1-5 km dan dapat ditempuh dengan angkot (angkutan kota) dalam jangka waktu sekitar 10-45 menit atau 1 jam jika dalam keadaan macet. Frekuensi angkot yang lewat banyak sehingga waktu tunggu untuk naik angkot sangat cepat. Dan rata-rata untuk semua rute kampus hanya perlu 1 kali naik angkot. Khusus untuk UNPAD Jatinangor dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit - 1 jam jika menggunakan bis damri dari UNPAD dipati ukur, dan dapat ditunggu di Jl.Laswi yang jaraknya hanya 5 menit berjalan kaki dari Asrama Soka No.8.
Kondisi asrama hasil ruislag (yang tidak kami terima sebagai asrama) berdekatan dengan kampus POLBAN,UNPAS (gedung baru),STMB,ENHAII,STBA,ITB,UNPAR (ITB dan UNPAR masih cukup jauh dicapai). Jarak dari jalan utama (Jalan Setibudi),dimana angkot banyak berada ke Jl.Picung (Lokasi asrama hasil ruislag) sekitar 1 km lebih dan memerlukan waktu 20 menit berjalan kaki (karena menggunakan angkot yang lewat tidak efektif,jarak tempuh hanya 2 menit dan menghabiskan ongkos,selain itu angkotnya jarang dan hanya sampai jam 6 sore).Dari data diatas dapat terlihat bahwa asrama lama (Jl.Soka No.8) lebih dekat ke kampus dibanding asrama baru hasil ruislag (Jl.Picung)
2. Banyak mahasiswa abadi
Hal seperti ini tidak bisa dibenarkan karena banyak bukti alumni yang lulus kuliah dengan tinggal di asrama soka (seperti saya) dari awal masuk kuliah sampai selesai. Waktu tempuh perkuliahan para alumni rata-rata 4-7 tahun, standar untuk jenjang S1. Setelah lulus para alumni pun mendapatkan pekerjaan yang baik, baik di Kalbar maupun di luar Kalbar.
3. Lingkungan yang tidak mendukung belajar Lingkungan sekitar Asrama soka adalah perumahan sehingga suasananya tenang dan dingin, sangat menunjang untuk proses belajar. Kalau pun ada fasilitas perdagangan yang jaraknya dekat hanya sebuah restoran dan beberapa Factory Outlet. Pasar yang agak besar (Pasar Kosambi) terletak sekitar 10 menit berjalan kaki dari asrama (sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami). Jumlah kamar berbanding penghuni yaitu rata-rata 1 kamar untuk 2-3 orang. Jumlah yang masih bisa ditolerir untuk kondisi belajar. Fasilitas seperti air bersih dan listrik selalu lancar tanpa kendala (asal dibayar aja, karena bantuan dari pemda datangnya sering telat!!!). Bangunan masih dalam kondisi yang baik, hanya perlu sedikit finishing seperti pengecatan dan penggantian beberapa genteng yang bocor (ini saya nilai sebagai arsitek, profesi saya saat ini). Dan jika ingin dikembangkan menjadi lebih tinggi, masih bisa dilakukan pengembangan. Kami pernah mengajukan pengembangan Asrama Rahadi Osman I JL.Soka No.8 Bandung agar dapat ditempati lebih banyak sehingga penghuni Asrama Rahadi Osman II yang masih dalam status kontrak (sekarang sudah habis kontrak) dapat pindah, tapi sepertinya pemda tidak tertarik dengan usulan kami. Padahal gambar dan perhitungan biaya nya sudah lengkap.
Sedangkan asrama baru, adalah bekas rumah tinggal mantan pejabat di kalbar (tau sendiri lah..) memang jumlah kamarnya lebih banyak, tapi kondisinya menggenaskan dan saya nilai malah tidak kondusif untuk ditempati. Dari sisi lingkungan, memang tidak berisik karena juga komplek perumahan dan memang lebih dingin (berada di daerah bandung utara).
Nah, setelah melihat beberapa fakta diatas, apakah masih layak ruislag itu dilakukan hanya untuk kepentingan segelitir orang yang mengakunya peduli dengan mahasiswa kalbar? padahal hal tersebut dilakukan untuk kepentingan pribadi yang tragisnya didukung oleh para tetua masyarakat kalbar di bandung yang memang dekat dengan mantan pejabat tersebut. Saya sebagai alumni memohon kepada Bapak Gubernur Propinsi Kalimantan Barat dapat lebih memperhatikan rumah kami yang malang, yang saat ini menjadi onggokan tak berguna, malah jadi sarang hantu (Kondisi saat terakhir yang saya lihat tanggal 7 maret 2006 kemaren).
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih.
Begitulah sekelumit surat saya via website resmi Propinsi Kalimantan Barat, yang ga tau dibaca gubernur atau tidak saat itu.....Saat ini asrama tempat tinggal saya sudah menjadi rumah hantu yang kosong tak berpenghuni. Padahal tempatnya sangat nyaman, walaupun bangunannya sudah tua. Saya berharap semoga hal ini tidak lagi terulang di masa yang akan datang....supaya mahasiswa tidak mampu yang ingin bersekolah dapat didukung oleh Pemda Propinsi, walaupun hanya sebatas akomodasi tempat tinggal....
NB :
buat kang cacing, please help me take a picture of "my old lovely home" at bandung, will u?
i miss it so much T_T
No comments:
Post a Comment