Feb 9, 2008

Kisahku Berdonor Darah

Dua hari yang lalu saya sudah menulis tentang donor darah. Saya berniat donor darah kemaren, tapi ternyata kemaren tidak sempat pergi ke PMI dan agak ragu kalo saya bisa diterima donor karena saya kurang istirahat. Akhirnya niat itu terlaksana hari ini, walaupun sebenarnya saya coba-coba, karena badan saya capek sekali setelah kerja seharian di kampus, kemas2 Labkom yang diberi darah segar baru, yaitu 13 unit komputer baru.
Saya pulang dari kampus sekitar jam 16.38. Di kampus udah dari jam 11. Saya menaiki motor kesayangan saya (klo cuma satu ya pasti jadi kesayangan) dan tancap gas dengan niat pulang ke rumah. Di lapangan depan ternyata ada acara mahasiswa akuntansi, ga rame, tapi ntar malam kayaknya bisa rame. Melewati A.Yani Mega Mall, saya sempat kan melihat poster film yang diputar di Studio 21. Ada juga niatan saya pengen nonton hari senin atau selasa nanti. Saya melanjutkan perjalanan saya dengan agak sedikit melaju karena sudah sore. Saat melewati Museum Negeri Kalimantan Barat, saya teringat niat saya untuk mendonorkan darah, karena setelah museum adalah kantor PMI. Saya pun melambatkan laju motor dan menepikannya agar lebih mudah belok.
Sesampai di PMI, saya hanya melihat 2 motor lain. Kemungkinan motor tersebut adalah motor petugas PMI nya. Tidak ada orang yang menunggu di luar. Saya masuk ke ruang pendaftaran. Eh..ternyata ada satu orang di dalam yang juga sedang mendaftar untuk mendonor. Saya datang ke loket 2 dan menyatakan diri saya akan mendonor. Ternyata pelayanannya di loket 1 ^^;. Saya pun pindah ke loket 1, dan langsung diberikan kartu isian pendonor sukarela (lembarnya berwarna kuning, kalo yang pengganti berwarna hijau), karena ibu petugasnya sepertinya sudah mengenal wajah saya yang rutin 3 bulan datang kesana sambil berkata "Donor rutin ya mas?" Saya pun menjawab "Iya bu". Saya pun mengisi form isian di formulir tersebut dan menyerahkannya ke petugas. Saya menyempatkan diri menimbang berat badan saya, agak kaget, berat saya sekarang 75 kg!!!! Omaigad!!!!
Lalu saya melanjutkan langkah saya ke ruang sebelah untuk diperiksa Hb. Petugasnya buru2 mengejar saya karena ternyata ruangannya sudah pindah ke ruang lain, tepat disamping timbangan tadi ^^. Sebelum ditensi mbak petugasnya nanya ke saya "Dalam sehari ini ada minum obat gak mas?". "Gak ada mbak" jawab saya. Kemudian tekanan darah saya ditensi. "110/70 mas". Nilai tersebut adalah syarat minimal untuk donor darah bagi pendonor. Saya pun berkata "Sudah biasa kok mbak". Dimulailah prosesi penusukan jarum ^_^;. Diambillah jarum penusuk kecil yang masih baru yang akan digunakan untuk menusuk jari saya agar darah keluar dari jari saya, dan diambil sebagai alat tes Hb. Saya dengan sok berani melihat, padahal takut setengah mati. Pas jarum ditusukkan, saya berteriak... "Aaah". "Gak papa kok mas" kata petugasnya. "Bukan apa mbak, saya memang takut jarum" sahut saya. Sebenarnya sih gak sakit2 amat. Efek takut aja yang membuat saya teriak. Darah pun keluar dari jari saya, dan diambil dengan pipa kaca kecil, kemudian diteteskan di cairan berwarna biru, ga tau cairan apa. Ternyata darah saya tenggelam, yang menandakan Hb saya lebih dari 12,5.Kalo darahnya tidak tenggelam atau mengambang di tengah, maka saya tidak diijinkan untuk mendonor darah. Mbak petugasnya pun mulai menulis angka2 yang telah didapatnya dari hasil tes dan menandatangani form tersebut sebagai tanda persetujuan saya boleh donor. "Silahkan dibawa ke ruangan donor mas" kata petugasnya. Saya pun membawa form tersebut dengan kartu pendonor saya yang sudah lecek, karena udah 3 taun ga diganti.
Saat masuk ke ruangan yang dimaksud, saya melihat bapak petugas yang udah tua (ga tau namanya) sedang berbaring di tempat tidur pendonor. Mungkin dia kecapean, pikir saya. Bapak ini adalah petugas favorit saya dalam hal tusuk menusuk jarum. Kalo ditusuk jarum sama dia, rasanya ga begitu sakit. Soalnya saya pernah dengan petugas lain, dan alhasil tangan saya bengkak setelah donor. Kalo gak bengkak, darah berhenti mengalir ke kantong darah, dan sayapun harus ditusuk kembali T_T. Tak berapa lama saya masuk, beliau pun sadar. Saya menyerahkan form dan kartu pendonor saya, kemudian meletakkan tas dan jaket saya di tempat tidur. Saya pun berbaring menunggu bapak petugas datang. Bapak petugas pun datang dengan membawa sekantong plastik darah dan jarumnya. Tak lama kemudian tangan saya mulai diikat dengan alat tensi supaya pembuluh darah vena di tangan kanan saya keliatan. Dan beliau pun mulai menusukkan jarum ke tangan saya. "Aaaghhh!!" Ternyata agak sakit!!!. "Jangankan adik yang ditusuk, saye jak yang nusuk terase kalo jarumnye agak susah masuk", kata bapak petugas. "Ngape pak ye?" tanya saya. "Mungkin jarumnye yang kurang tajam atau kualitasnye yang kurang bagus" jawab bapak petugas. Terus terang beberapa tahun terakhir saat saya mendonor rasanya jarum yang ditusukkan memang kurang bagus. Kalo bukan jarumnya, kantongnya yang kurang bagus. Kenapa yah PMI ini? Apa ga ada dana? Atau pemerintah yang kurang perhatian? Tapi saya ga mampu menjawabnya karena memang bukan kapasitas saya untuk menjawabnya. Saya pun tak enak untuk bertanya. Sambil darah saya disedot, bapak petugas menyalin data pendonor saya ke buku dan kartu pendonor besar, yang sepertinya baru kali ini diterapkan di Pontianak. Sebelumnya di Bandung saya diberikan juga kartu besar seperti itu. Bahkan saat pertama kali donor di Bandung, saya diminta kartu besar seperti itu. Tapi memang waktu itu UTDC PMI Pontianak belum menerapkan sistem kartu besar pendonor. Kartu pendonor saya juga digantinya karena sudah lecek. Sekitar 10 menit saya berbaring akhirnya prosesi donor selesai. Jarum yang besar itupun dicabut dari tangan saya. Ada sedikit rasa sakit dan terkejut saya jarum dicabut. Saya lihat ada bekas darah di tangan saya. Lubang jarum yang menembus tangan saya pun ditutup sementara dengan kapas yang disiram alkohol. Sambil menunggu lubang jarum di tangan saya berhenti berdarah, bapak petugas menuliskan nomor tabung pemeriksaan darah di tabung yang berisi darah saya. Ya, darah yang didonorkan harus diperiksa apakah layak untuk didonorkan. Harus lulus bermacam2 tes agar penerima donor darah tidak tertular penyakit gara2 darah yang disumbangkan jelek. Tak lama kemudian bapak petugas menempelkan plester ke tangan saya yang tadi ditusuk jarum. Saya pun dipersilahkan ke ruang kantin.
Di kantin telah menunggu segelas susu dan 2 buah telur, ditambah dengan vitamin penambah darah. Seperti biasanya, saya melahap 2 telur dan meneguk susu tersebut dengan lahap. Pendonor yang tadi pun sudah selesai dan kami berbincang2.
Abang yang donor : "Baru donor juga bang?"
Saya : "Iya".
Abang yang donor : "Sudah berapa kali?"
Saya : ."40 kali"
Abang yang donor : "Wah,sudah banyak ya. Saya baru sekali".
Saya : "Ooo...golongan darah apa bang?"
Abang yang donor : "A, kalo abang?"
Saya : "Saya O".
Abang yang donor : "Tadi ada tuh orang nyari golongan darah O. Barusan aja pulang"
Saya : "Berarti dia nanti dapat darah saya"
Abang yang donor : "Abang donor sukarela ke?"
Saya : "Iya, saya donor rutin"
Abang yang donor : "Ooo..kalo saya untuk adek saya. Dia kena sakit liver".
Saya : "Wah...semoga cepat sembuh yah bang. Kalo bisa abang juga rutin donor. Biar orang nyari darah ga kesulitan. Sering donor bang?"
Abang yang donor : "Gak. Ini baru pertama kali. Soalnya saya tinggal di Sintang".
Saya : "Ooo....kalo gitu donor nya di Sintang aja, ada kan PMI nya?"
Abang yang donor : "Gak tau ya"
Saya pun melanjutkan makan saya, dan setelah selesai makan saya pun pamit ke abang tadi.
Akhirnya kegiatan rutin 3 bulanan saya terlaksana :) Senangnya :) Saya pun pulang ke rumah dengan motor saya, dan ingin cepat2 mandi karena badan saya gerah abis kerja.....





No comments: