Aug 9, 2009

Kota ku tersayang, Pontianak, dan Krisis nya -- Bagian 3 (end) --



Ditulis dalam kegelapan, karena energi listrik yang berubah wujud menjadi kegelapan......

Pesan penulis :
Bagi yang belum membaca bagian 1 dan 2, silahkan mengikuti link di bawah ini
bagian 1
bagian 2


Lengkap sudah penderitaan warga kota Pontianak. Listrik yang terus berubah bentuk menjadi kegelapan, air yang terasa seperti pocari sweat, bedanya tidak menyehatkan, dan udara yang penuh partikel hasil pembakaran yang menyesak nafas.....

Saya lahir dan besar di Pontianak. Semenjak kelahiran saya, yang namanya bencana asap sepertinya saya rasakan sejak saya SMA sekitar tahun 1995. Saya ingat waktu itu bencana asap yang sangat parah. Sekolah bahkan sempat diliburkan. Pelajaran olahraga ditiadakan. Pesawat tidak bisa berangkat maupun datang ke Pontianak. Jarak pandang hanya beberapa meter, bahkan nyaris tidak kelihatan. Kini..... bencana itu datang lagi......

Tapi sebenarnya darimana datangnya asap tersebut? Banyak yang bilang ini adalah akibat pembakaran hutan. Tapi kenapa hutan dibakar? Katanya buat peladang berpindah utk menanam tanamannya.... Tapi apa benar ini kesalahan peladang berpindah?? Sebanyak itukah peladang berpindah? Terus kenapa mereka malah membakar lahan? Mereka membakar lahan karena mengharapkan tanah yang baik buat pertumbuhan tanamannya, karena tanah yang dibakar mengandung banyak sumber makanan bagi tumbuhan. Salahkah mereka? Seberapa besarkah dampak dari kegiatan mereka?

Menurut saya, apa yang mereka lakukan adalah hal yang salah. Tapi saya yakin dampaknya tidak akan sebesar ini. Dugaan saya, asap ini adalah bukan hanya sekedar hasil pembakaran hutan oleh peladang berpindah, tapi juga banyak kontribusi dari industri perkebunan sawit dan penebang hutan berlisensi maupun tidak berlisensi. Kenapa demikian? Semenjak pejabat negara menerbitkan lisensi bagi penebangan hutan, atau bahkan tanpa lisensi pun, dimulailah era pengrusakan. Hutan ditebang semaunya. Mana mau mereka tebang pilih, repot!!. Habiskan saja satu kawasan... setelah itu bakar untuk menghilangkan bukti-bukti. Kemudian kasih saja dalih bahwa mereka akan menanam kembali kawasan yang telah dibakar tersebut dengan tanaman baru... padahal tidak.....

Begitu pula dengan industri perkebunan sawit. Entah ada berapa juta hektar lahan di Kalimantan Barat yang tercinta ini ditanami oleh sawit. Lahan asalnya tentu saja adalah hutan, yang kemudian dibabat, dan ditanam sawit. Begitu sawit tidak produktif lagi, lahan dibakar..... Siklus setan ini tak pernah berakhir.... akan terus terjadi sepanjang ada penebangan hutan, penanaman sawit, dan peladang berpindah.

Dampaknya.... rakyat dirugikan. Siapa sih yang jadi makmur dari asap ini? ya tentu saja "investor". Memang pada akhirnya negara ini tergadaikan demi kata-kata "investor". Tanpa "investor" sepertinya negara ini tak bisa membangun. Jadi teringat konsep Gandhi pada saat dia memimpin India untuk lepas dari penjajahan Inggris, "Swadhesi", yang artinya "Membangun Diri Sendiri". Jika kita mampu membangun negara ini dengan kemampuan negeri ini sendiri, tentu negara ini akan menjadi negara yang paling makmur. Tentu saja syarat-syarat yang saya sebutkan seperti di tulisan saya yang pertama, yaitu perencanaan yang baik, pekerja yang amanah, dan pengaturan manajemen yang baik harus terlaksana.

Oke.. kembali ke asap.... Sampai hari ini belum ada tindakan yang tegas bagi pembakar hutan, walaupun Kapolda telah menginstruksikan untuk menindak tegas pembakar hutan. Tak pernah saya baca di media lokal ada pembakar hutan yang tertangkap? Mungkin nurani penegak hukum juga tersentuh oleh pentingnya membakar hutan bagi masyarakat kecil, dan mungkin juga "tersentuh" hasil dari pembakaran hutan.

Memang serba salah. Hutan memang sumber kehidupan di provinsi ini. Tapi sayang yang menikmatinya hanya segelintir orang. Kelak anak cucu kita mungkin tak dapat lagi menyaksikan hutan hujan tropis dengan pohon-pohon yang besar dan tinggi menjulang. Yang mereka saksikan hanya padang ilalang dan sisa-sisa pohon yang belum habis terbakar. Ini kah yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita? Egois sekali kita...

Berbicara tentang penyakit yang ditimbulkan oleh asap, entah sudah berapa banyak orang yang harus berobat gara-gara terganggu pernafasannya akibat asap. Bernafas dalam keadaan seperti ini sama saja seperti bernafas di ruangan yang penuh dengan asap rokok. Pembagian masker gratis telah dilakukan, dan alhamdulillah kesadaran rakyat untuk menggunakan masker mulai tampak, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sekarang kita cuma bisa berharap agar semua krisis yang melanda kota Pontianak, kota tercinta, bisa segera disembuhkan. Agar Pontianak bisa kembali BERSINAR, seperti slogan kota Pontianak. Pesan buat pejabat negara, laksanakanlah amanah yang diberikan rakyat kepada anda. Pesan buat perusahaan pengelola listrik dan air, bersikaplah profesional, jangan menuntut pembayaran jika kewajiban anda belum terpenuhi. Pesan buat rakyat, yang sabar... karena orang sabar disayang Tuhan :).

Sumber gambar : http://www.rripontianak.com/2009/06/kabut-semakin-pekat-warga-mulai-terserang-ispa-2/


No comments: