Aug 7, 2009

Kota ku tersayang, Pontianak, dan Krisis nya -- Bagian 2 --




Jika anda belum membaca tulisan yang sebelumnya... saya sarankan untuk membacanya terlebih dahulu disini.

Tidak hanya listrik, krisis pun melanda air bersih. Penyedia air bersih berniat baik untuk mengganti jaringan distribusi pipa nya dengan pipa yang baru. Tapi apa mau dikata, yang terjadi malah kerusakan dimana-mana. Pipa yang dipasang bocor, jalan hancur, dan sampai saat ini belum ada pihak yang bisa bertanggungjawab. Tuduh menuduh mengalihkan kesalahan masih terus berlangsung, dan mereka semua merasa benar!!. Rakyat hanya bisa menyerapah, tapi tak bisa bertindak karena wakilnya sendiri pun tidak bisa bersuara lantang.

Kegagalan proyek distribusi air bersih yang diadakan oleh pihak penyedia air bersih ini terjadi karena banyak hal. Jika saya analisis secara kasat mata, maka yang terjadi adalah tidak tepatnya penggunaan pipa baru karena tidak memiliki kekuatan yang cukup terhadap tekanan penutup jalan dan kendaraan di atasnya. Akibatnya penutup jalan dan kendaraan yang melewatinya menekan pipa tersebut dan menyebabkan kebocoran. Jalan pun akhirnya rusak, dan kendaraan menjadi susah lewat.

Tak perlu lah mencari kambing hitam untuk masalah ini. Pihak penyedia air bersih dan pihak penyelenggara pekerjaan pemasangan pipa haruslah menyelesaikan masalah ini bersama-sama. Karena bagi rakyat, mereka hanya tahu kalau air di rumah mereka tidak jalan, jalan sulit dilewati karena rusak parah.

Masalah bertambah ketika musim kemarau tiba. Sumber air bersih yang berasal dari Sungai Kapuas terintrusi air laut, sehingga menyebabkan air distribusi tidak lagi diolah oleh penyedia air bersih dan langsung di distribusikan ke rakyat. Yang benar saja??? Masak kami harus mandi dan mencuci dengan air payau / asin?? Kalau air minum, rakyat sudah tahu kalo penyedia air bersih yang menamakan dirinya penyedia air minum sudah tidak pantas menyebut dirinya seperti itu. Air minum masih mengharapkan persediaan air hujan yang telah ditampung di bak-bak di masing-masing rumah. Bagi mereka yang tidak memiliki penampungan air hujan, akhirnya terpaksa membeli air jadi yang harga per-galon nya cukup mahal.

Kembali... wakil rakyat, pejabat negara, penyedia air bersih sepertinya menutup mata. Atau membuka mata tapi tidak mau tahu??? Maaf kalau saya salah.....

Jika ingin melihat kondisi dulu, Pontianak memiliki danau buatan tempat penampungan air hujan, yang rakyat kenal dengan nama "Waduk". Waduk ini lah dulunya yang menjadi sumber air masyarakat kala kemarau tiba. Tapi apa yang terjadi sekarang? Waduk itu telah lenyap menjadi ruko ruko. Siapa yang punya ide? Kalau tidak salah informasi, tanah tersebut merupakan tanah pemerintah yang akhirnya diberikan kepada penyedia air bersih, dan dijual kepada developer karena sudah dibuat tempat produksi air bersih di tempat yang lain, dengan sumber air sungai Kapuas. Entah tidak belajar dari pengalaman atau tidak peduli, kini waduk tersebut tinggal kenangan. Begitu pula dengan hilangnya cadangan air bersih warga kota Pontianak saat kemarau.

Sungguh tragis, kota air terkena krisis air bersih....


Ah...sudah pagi... dan saya belum tidur.... tidur dulu ya... lanjutannya entah besok entah lusa :)



--------------- Bersambung -------------------


catatan : gambar diambil dari http://www.borneophotography.org/author/meggi

No comments: